JAKARTA - Pemerintah Indonesia secara resmi menghentikan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) dari Singapura, langkah yang menandai upaya serius menuju kedaulatan energi nasional. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan keheranannya atas ketergantungan Indonesia terhadap impor BBM dari negara yang tidak memiliki sumber minyak mentah.
Ketergantungan yang Mengkhawatirkan
Dalam sebuah acara di Jakarta, Bahlil menyatakan bahwa sebanyak 54% konsumsi BBM Indonesia berasal dari impor, dengan mayoritasnya—sekitar 60%—berasal dari Singapura. "Bayangkan, negara kita mengimpor BBM dari Singapura, yang bahkan tidak memiliki ladang minyak," ujar Bahlil. Ia menambahkan bahwa harga BBM yang dijual oleh Singapura kepada Indonesia setara dengan harga dari Timur Tengah, yang merupakan produsen minyak utama.
Paradoks Energi Nasional
Bahlil menyoroti ironi dalam sektor energi Indonesia. Pada tahun 1996-1997, Indonesia mampu mengekspor sekitar 1 juta barel minyak per hari, dengan produksi (lifting) mencapai 1,6 juta barel per hari dan konsumsi domestik hanya sekitar 600.000 barel per hari. Namun, pada tahun 2024, produksi minyak Indonesia menurun drastis menjadi sekitar 600.000 barel per hari, sementara konsumsi meningkat menjadi sekitar 1 juta barel per hari, memaksa Indonesia untuk mengimpor minyak dalam jumlah besar.
Penyebab Ketergantungan
Ketergantungan Indonesia terhadap impor BBM dari Singapura disebabkan oleh beberapa faktor. Singapura memiliki fasilitas kilang dan penyimpanan minyak modern, seperti kilang Royal Dutch Shell di Pulau Bukom dengan kapasitas produksi 458.000 barel per hari, serta fasilitas di Pulau Jurong yang dikelola oleh perusahaan besar seperti ExxonMobil dan Chevron. Selain itu, Singapura menjadi pusat perdagangan minyak dengan kehadiran trading desk dari perusahaan minyak besar, menjadikannya sebagai hub energi regional yang efisien dan kompetitif.
Langkah Menuju Kedaulatan Energi
Untuk mengurangi ketergantungan pada impor BBM, Bahlil mengusulkan beberapa langkah strategis:
1. Mengaktifkan Kembali Sumur Minyak Idle: Dari sekitar 44.900 sumur minyak di Indonesia, sekitar 16.600 dalam kondisi tidak aktif (idle). Pemerintah berencana mengaktifkan kembali sekitar 5.000 sumur untuk meningkatkan produksi minyak nasional.
2. Mengoptimalkan Sumur Eksisting dengan Teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR): Penggunaan teknologi EOR diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan hasil produksi dari sumur-sumur yang sudah ada.
3. Menyelesaikan 300 Sumur yang Belum Masuk dalam Rencana Pengembangan (Plan of Development/PoD): Sumur-sumur yang telah selesai eksplorasi namun belum dikembangkan akan segera dimasukkan dalam PoD untuk mempercepat produksi.
4. Pembangunan Fasilitas Penyimpanan Cadangan Minyak: Pemerintah berencana membangun fasilitas penyimpanan minyak di pulau dekat Singapura dengan kapasitas penyimpanan sekitar 30-40 hari. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan energi nasional, mengingat saat ini Indonesia hanya memiliki cadangan minyak untuk 21 hari.
Komitmen Politik untuk Swasembada Energi
Bahlil menegaskan bahwa Partai Golkar akan menjadi garda terdepan dalam mendukung program pemerintah menuju swasembada energi. "Apakah kita siap menerima kenyataan ini atau kita siap mengubah?" tanya Bahlil kepada kader Partai Golkar, yang dijawab dengan komitmen untuk mengubah dan mendukung kedaulatan energi nasional.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meskipun langkah-langkah strategis telah direncanakan, tantangan dalam sektor energi Indonesia masih besar. Perlu adanya perbaikan tata kelola, investasi dalam teknologi, dan pengembangan infrastruktur untuk mencapai kedaulatan energi. Namun, dengan komitmen politik yang kuat dan langkah-langkah konkret, Indonesia diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada impor BBM dan meningkatkan produksi energi domestik.
Penghentian impor BBM dari Singapura oleh Indonesia merupakan langkah signifikan menuju kedaulatan energi nasional. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyoroti pentingnya perbaikan tata kelola dan pengembangan infrastruktur energi domestik untuk mengurangi ketergantungan pada negara lain. Dengan strategi yang tepat dan dukungan politik yang kuat, Indonesia berpotensi mencapai swasembada energi dalam waktu dekat.