JAKARTA - Pemerintah Kota Balikpapan tengah mempersiapkan langkah besar dalam pengelolaan sampah yang selama ini menjadi tantangan serius bagi kota minyak tersebut. Melalui rencana transformasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Manggar menjadi fasilitas pengolahan sampah modern berbasis energi ramah lingkungan, Pemkot Balikpapan menunjukkan komitmen kuat untuk menciptakan solusi berkelanjutan atas permasalahan limbah yang semakin kompleks.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Balikpapan, Sudirman, mengungkapkan bahwa sejak 2022 pihaknya telah bekerja sama dengan Kementerian Keuangan melalui PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI). Kerja sama ini bertujuan menyusun kajian komprehensif terkait pengelolaan sampah di Balikpapan, mencakup seluruh tahapan mulai dari pengumpulan, pemilahan, transportasi, hingga pemrosesan akhir.
"Kami ingin memastikan bahwa pengelolaan sampah di Balikpapan tidak hanya sekadar memindahkan sampah dari satu tempat ke tempat lain, tetapi benar-benar bisa menjadi solusi jangka panjang yang ramah lingkungan dan memberikan manfaat bagi masyarakat," kata Sudirman dalam keterangan resmi usai rapat koordinasi pekan lalu.
Menurut Sudirman, kajian ini fokus pada penerapan teknologi modern yang dapat mengurangi ketergantungan pada metode penimbunan sampah konvensional. Salah satu teknologi yang akan diadopsi adalah insinerator, yakni alat pembakaran sampah bersuhu tinggi yang mampu mengubah limbah menjadi energi listrik.
"Ke depan, wajah TPA Manggar akan sangat berbeda. Tidak lagi menjadi tempat penumpukan sampah semata, tetapi akan menjadi fasilitas pengolahan sampah modern yang menghasilkan energi listrik," jelasnya.
Data DLH Kota Balikpapan menunjukkan bahwa setiap harinya kota ini menghasilkan sekitar 400 ton sampah. Dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi yang terus meningkat, volume sampah diperkirakan akan bertambah signifikan dalam beberapa tahun ke depan. Jika tidak ada terobosan baru, TPA Manggar diprediksi akan mencapai batas kapasitas maksimalnya pada 2028.
"Ini menjadi alarm bagi kita semua. Jika tidak kita atasi dengan serius, maka dalam beberapa tahun ke depan, TPA Manggar tidak akan mampu lagi menampung sampah kota," tegas Sudirman.
Teknologi insinerator dianggap sebagai solusi strategis, tidak hanya untuk mengurangi volume sampah secara signifikan, tetapi juga memberikan nilai tambah berupa energi alternatif. Insinerator akan memproses sampah baru sekaligus "menambang" sampah lama yang sudah bertumpuk di zona 1 hingga zona 5 TPA Manggar.
"Sampah-sampah lama yang selama ini menumpuk bertahun-tahun akan kita angkat kembali dan dibakar menggunakan insinerator. Dengan cara ini, kita bisa meratakan area yang selama ini dipenuhi gunungan sampah dan memanfaatkannya untuk keperluan lain," ungkap Sudirman.
Selain mengurangi beban TPA, langkah ini juga diperkirakan akan berdampak positif terhadap pengurangan risiko pencemaran lingkungan. Penumpukan sampah dalam jangka waktu lama rentan menimbulkan berbagai permasalahan seperti bau menyengat, pencemaran air lindi, serta potensi kebakaran.
"Dengan pengolahan berbasis insinerator, kita bisa meminimalkan dampak negatif tersebut sekaligus memanfaatkan potensi energi yang terkandung dalam sampah," jelas Sudirman.
Tak hanya fokus pada pembangunan fasilitas fisik, Pemkot Balikpapan juga memprioritaskan edukasi masyarakat tentang pentingnya pemilahan sampah sejak dari rumah tangga. Edukasi ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pengolahan sampah dan mendukung penerapan teknologi insinerator secara optimal.
"Kami akan gencar melakukan sosialisasi kepada warga agar membiasakan diri memilah sampah organik dan anorganik. Peran masyarakat sangat krusial dalam mewujudkan keberhasilan program ini," tutur Sudirman.
Sudirman juga menambahkan, Pemkot Balikpapan membuka peluang bagi keterlibatan sektor swasta dalam proyek pengembangan insinerator ini. Melalui skema kemitraan pemerintah dengan badan usaha, diharapkan proses pembangunan dan pengoperasian fasilitas dapat berjalan lebih cepat dan efisien.
"Kami sangat terbuka untuk kolaborasi dengan investor swasta. Dengan keterlibatan mereka, proyek ini bisa terealisasi lebih cepat dan berkelanjutan," ujarnya.
Pengembangan fasilitas pengolahan sampah berbasis energi ini sejalan dengan target pemerintah pusat dalam mendorong pengurangan emisi karbon dan percepatan transisi menuju energi bersih. Selain membantu mengatasi persoalan sampah kota, TPA Manggar yang baru juga diharapkan dapat menyumbang pasokan listrik dari energi terbarukan bagi masyarakat Balikpapan.
"Transformasi TPA Manggar ini bukan hanya soal pengelolaan sampah, tetapi juga tentang kontribusi kita dalam menciptakan energi ramah lingkungan dan mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil," tegas Sudirman.
Lebih jauh, Pemkot Balikpapan menargetkan TPA Manggar menjadi proyek percontohan nasional dalam pengelolaan sampah berbasis energi terbarukan. Dengan keberhasilan proyek ini, Balikpapan berharap dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia dalam menciptakan solusi inovatif untuk mengatasi permasalahan limbah.
"Kami ingin Balikpapan menjadi pionir dalam pengelolaan sampah modern di Indonesia. Ini bagian dari visi kami untuk mewujudkan kota yang bersih, sehat, dan berkelanjutan," pungkas Sudirman optimistis.
Dengan langkah-langkah konkret yang telah disiapkan, Balikpapan berada di jalur yang tepat untuk menghadirkan perubahan besar dalam pengelolaan sampah kota. Transformasi TPA Manggar menjadi fasilitas pengolahan sampah berbasis energi tak hanya akan mengurangi beban lingkungan, tetapi juga membawa manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat Balikpapan.