JAKARTA - Pasar valuta asing (valas) bergerak dengan nuansa yang belum meyakinkan. Dolar AS diperdagangkan di sekitar level terendah 97,00-an, mencerminkan lemahnya kepercayaan setelah imbal hasil obligasi AS juga menunjukkan perkembangan serupa. Investor menunggu sejumlah rilis data penting, termasuk Penjualan Rumah Baru, pengajuan hipotek MBA mingguan, serta laporan EIA mengenai persediaan minyak mentah.
Pergerakan yang terbatas ini membuat banyak pelaku pasar bersikap menunggu, terutama karena arah kebijakan moneter global masih belum memiliki kepastian yang jelas. Kondisi ini menjadikan dolar AS tetap berada pada fase konsolidasi.
Euro Menguat Tipis di Tengah Data Ekonomi Jerman
Mata uang euro mampu mempertahankan sedikit penguatan terhadap dolar AS. EUR/USD diperdagangkan di atas 1,1800, bahkan sempat menyentuh level tertinggi dalam tiga hari terakhir. Dukungan utama datang dari antisipasi terhadap rilis Sentimen Bisnis IFO Jerman, yang kerap menjadi acuan penting bagi investor untuk membaca prospek perekonomian kawasan Eropa.
Selain itu, komentar dari pejabat Bank Sentral Eropa (ECB), Machado, juga menjadi perhatian pasar. Meskipun penguatan masih terbatas, pergerakan euro menunjukkan adanya harapan stabilisasi dari sektor ekonomi terbesar di Eropa.
Poundsterling Stabil, Pasar Inggris Relatif Sepi
Poundsterling terlihat bergerak stabil di sekitar level 1,3520 terhadap dolar AS. Ketiadaan data ekonomi penting dari Inggris membuat fokus pasar tertuju pada pidato pejabat Bank of England (BoE), Greene. Investor berharap adanya sinyal terkait arah kebijakan moneter ke depan, khususnya mengenai inflasi dan tingkat suku bunga.
Meski tanpa perubahan signifikan, stabilnya pergerakan poundsterling dianggap sebagai cerminan sikap wait and see dari pelaku pasar. Dengan sentimen global yang masih datar, pound berhasil mempertahankan posisinya di jalur konsolidasi.
Yen Jepang Melemah Setelah Tiga Hari Koreksi
Yen Jepang kembali mengalami pelemahan tipis. USD/JPY turun untuk ketiga kalinya secara berturut-turut, kali ini menguji kembali area pertengahan 147,00. Koreksi beruntun ini mencerminkan adanya tekanan terhadap mata uang yen yang dipengaruhi kombinasi faktor global dan domestik.
Investor kini menantikan rilis data PMI Manufaktur dan Jasa S&P Global yang akan menjadi penentu arah selanjutnya. Jika data menunjukkan pelemahan, yen berpotensi menghadapi tekanan lebih lanjut, meski tetap ada peluang penguatan dari sisi permintaan aset safe haven.
Dolar Australia Bergerak di Kisaran Sempit
Dolar Australia (AUD) bergerak fluktuatif di sekitar 0,6600. Setelah mengalami kenaikan yang dapat diterima pada awal pekan, pergerakannya kini kembali datar. Pasar menaruh perhatian besar pada rilis Indikator IHK Bulanan yang bisa memberi sinyal terkait kondisi inflasi di Australia.
Fluktuasi yang terbatas ini menunjukkan pasar masih menimbang risiko global, terutama dari dinamika harga komoditas dan kebijakan moneter domestik. AUD tetap menjadi mata uang yang sensitif terhadap perubahan di sektor perdagangan dan sentimen risiko global.
Komoditas Emas, Perak, dan Minyak Menguat Tajam
Berbeda dengan pasar valas yang cenderung datar, harga komoditas justru mengalami lonjakan. Harga minyak mentah WTI naik ke level tertinggi dua hari di atas $63,00 per barel. Lonjakan ini dipicu oleh kekhawatiran pasokan, setelah ekspor minyak dari Kurdistan Irak terhambat. Kondisi tersebut memberi dorongan positif pada harga minyak global.
Di sisi lain, harga emas mencatat rekor baru dengan menyentuh $3.800 per troy ons. Emas semakin diminati sebagai aset lindung nilai, terutama di tengah ketidakpastian pasar keuangan. Harga perak juga mengikuti tren positif, naik empat hari berturut-turut hingga menembus $44,00 per ons, level tertinggi sejak 2011. Tren ini memperkuat posisi logam mulia sebagai salah satu pilihan investasi aman di tengah ketidakpastian global.