Minyak

Minyak Nilam Aceh Tembus Pasar Eropa, Ekspor Perdana Langsung dari Bandara SIM ke Prancis Senilai Rp 1,5 Miliar

Minyak Nilam Aceh Tembus Pasar Eropa, Ekspor Perdana Langsung dari Bandara SIM ke Prancis Senilai Rp 1,5 Miliar

Aceh kembali menorehkan prestasi gemilang dalam sektor ekspor komoditas unggulan. Untuk pertama kalinya, minyak nilam asal Provinsi Aceh berhasil diekspor langsung ke Prancis melalui Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) di Aceh Besar. Ekspor ini menjadi tonggak baru dalam upaya meningkatkan daya saing dan efisiensi pengiriman produk lokal ke pasar internasional.

Pengiriman minyak nilam seberat satu ton ini dilakukan oleh PT U Green Aromatics International, yang merupakan anak usaha dari Atsiri Research Center (ARC) Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh. Minyak nilam tersebut dikirimkan ke perusahaan Nat’ Green asal Prancis dengan nilai transaksi mencapai Rp 1,5 miliar.

Direktur PT U Green Aromatics International, Faisal, menyampaikan rasa syukurnya atas pencapaian ini. “Alhamdulillah hari ini kita kembali ekspor minyak nilam langsung ke Prancis menggunakan pesawat Garuda Indonesia,” ujar Faisal di Aceh Besar, Minggu 13 April 2025.

Sebelumnya, ekspor minyak nilam dari Aceh biasanya dilakukan melalui Pelabuhan Belawan di Sumatera Utara. Namun, kali ini menjadi momen bersejarah karena pengiriman dilakukan langsung dari Aceh tanpa harus transit di provinsi lain. Keberhasilan ini tidak lepas dari kerja sama strategis antara PT U Green Aromatics International dan maskapai nasional Garuda Indonesia yang memfasilitasi pengiriman langsung ke Prancis.

Menurut Faisal, ekspor langsung dari Bandara SIM membawa banyak keuntungan, terutama dalam hal efisiensi waktu dan biaya logistik. "Dengan pengiriman langsung dari Aceh, kita bisa memotong biaya pengiriman hingga 30 persen dibandingkan jalur sebelumnya melalui Pelabuhan Belawan," jelasnya.

Minyak nilam atau patchouli oil asal Aceh dikenal memiliki kualitas premium dan sangat diminati oleh pasar internasional, khususnya di industri parfum dan kosmetik. Nilam Aceh memiliki kadar patchouli alcohol yang tinggi, sehingga menghasilkan aroma khas yang kuat dan tahan lama. Kualitas inilah yang membuat Nat’ Green, perusahaan asal Prancis, menjadikan Aceh sebagai salah satu pemasok utama minyak nilam mereka.

Tidak hanya dari sisi kualitas, ekspor ini juga menjadi bagian dari upaya besar pemerintah daerah dan pelaku usaha untuk meningkatkan citra positif produk Aceh di mata dunia. Dengan adanya ekspor langsung, posisi Aceh sebagai produsen utama minyak nilam semakin diperkuat di kancah global.

Faisal juga menambahkan bahwa keberhasilan ini merupakan hasil dari kolaborasi erat antara berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, maskapai penerbangan, serta pelaku usaha di sektor minyak atsiri. "Ini adalah hasil dari kerja keras bersama. Kami berharap ke depannya ekspor langsung seperti ini bisa terus kita lakukan secara berkelanjutan," katanya.

Ke depan, PT U Green Aromatics International berkomitmen untuk terus meningkatkan volume ekspor, tidak hanya ke Prancis tetapi juga ke berbagai negara lain di Eropa dan Asia. Permintaan pasar global terhadap minyak nilam diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan tren penggunaan bahan alami dalam industri kecantikan dan kesehatan.

“Target kita berikutnya adalah memperluas pasar ke negara-negara Eropa lainnya seperti Jerman, Italia, dan juga beberapa negara di Asia seperti Jepang dan Korea Selatan yang permintaannya juga tinggi,” papar Faisal optimistis.

Keberhasilan ekspor minyak nilam ini juga diapresiasi oleh pemerintah daerah. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh, Zulkifli, menyatakan bahwa ekspor langsung dari Bandara SIM adalah langkah maju yang sangat strategis. “Ini bukti bahwa Aceh mampu menembus pasar global tanpa harus bergantung pada jalur-jalur konvensional. Kami mendukung penuh inisiatif ini dan akan terus memfasilitasi kemudahan ekspor bagi pelaku usaha di Aceh,” ujar Zulkifli dalam keterangannya.

Selain nilai ekonomis yang signifikan, keberhasilan ini juga memberikan dampak positif bagi petani nilam di Aceh. Permintaan yang meningkat dari pasar luar negeri akan membuka peluang pendapatan yang lebih baik bagi para petani lokal. Dengan adanya kepastian pasar ekspor, petani nilam diharapkan semakin semangat dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi mereka.

Saat ini, Provinsi Aceh dikenal sebagai salah satu daerah penghasil minyak nilam terbesar di Indonesia. Data dari Dinas Pertanian Aceh mencatat bahwa lebih dari 70 persen kebutuhan minyak nilam nasional dipasok dari Aceh. Dengan keberhasilan ekspor langsung ini, peluang Aceh untuk memperkuat dominasinya dalam pasar minyak atsiri global semakin terbuka lebar.

Sebagai tambahan, pengiriman minyak nilam langsung dari Bandara SIM ke Prancis juga diharapkan dapat membuka peluang bagi produk-produk unggulan lainnya dari Aceh untuk menembus pasar ekspor. Pemerintah daerah bersama para pelaku usaha terus mendorong diversifikasi ekspor, sehingga Aceh tidak hanya dikenal sebagai penghasil minyak nilam, tetapi juga produk unggulan lainnya seperti kopi Gayo, kakao, dan hasil perikanan.

“Ke depan, kita ingin agar Bandara SIM tidak hanya menjadi pintu keluar bagi minyak nilam, tetapi juga produk-produk Aceh lainnya yang memiliki potensi besar di pasar internasional,” harap Zulkifli.

Ekspor ini diharapkan menjadi awal dari babak baru dalam sejarah perdagangan internasional Aceh. Dengan sinergi yang terus dibangun antara pemerintah, pelaku usaha, dan seluruh pemangku kepentingan, Aceh optimistis mampu memperkuat posisi sebagai pemain utama dalam industri minyak atsiri dunia.

Sebagai penutup, Faisal menyampaikan harapannya agar keberhasilan ini menjadi inspirasi bagi pelaku usaha lainnya di Aceh untuk lebih berani menembus pasar ekspor. “Semoga langkah ini bisa menjadi motivasi bagi kita semua untuk terus berkarya dan membawa harum nama Aceh di kancah internasional,” pungkasnya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index