Semifinal dan Final MQKN 2025 Hidupkan Tradisi Pesantren Indonesia

Jumat, 07 November 2025 | 15:49:29 WIB
Semifinal dan Final MQKN 2025 Hidupkan Tradisi Pesantren Indonesia

JAKARTA - Gelaran Musabaqah Qira’atil Kutub Nasional (MQKN) 2025 kembali menyemarakkan tradisi pesantren Indonesia dengan semifinal dan final yang dijadwalkan berlangsung pada Sabtu dan Minggu, 8–9 November 2025, bertempat di Gedung DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jakarta.

Acara ini diinisiasi oleh Forum Percepatan Transformasi Pesantren (FPTP) sebagai bagian dari peringatan Hari Santri Nasional 2025 sekaligus upaya menghidupkan semangat intelektual pesantren melalui pembacaan dan pengkajian kitab kuning.

Direktur FPTP, Kiai Haji Saifullah Ma’shum, menjelaskan, MQKN bukan sekadar lomba membaca kitab, melainkan sarana merawat warisan keilmuan pesantren yang telah melahirkan banyak ulama dan cendekiawan. 

“MQKN ini bukan sekadar lomba baca kitab, tapi upaya menjaga keberlanjutan khasanah pesantren yang telah melahirkan banyak ulama dan cendekiawan," ujar Saifullah. Tradisi baca kitab kuning, menurutnya, adalah roh dari dunia pesantren yang harus terus hidup dan berkembang, relevan dengan tantangan zaman.

Sebanyak 30 peserta dari berbagai provinsi dan pesantren di Indonesia akan bersaing dalam semifinal untuk memperebutkan enam besar yang berhak maju ke babak final. Kompetisi MQKN 2025 sendiri telah dimulai sejak awal Oktober melalui tahap seleksi berbasis video, di mana peserta diminta membaca kitab kuning di bidang fiqih siyasah, dengan pilihan kitab Ahkamus Sultoniah, Ghiyatsul Umam, dan Siyasah Syar’iyah.

Tahap semifinal dan final akan dinilai oleh dewan juri yang terdiri atas para kiai dan tokoh nasional. Beberapa juri yang terlibat antara lain Wakil Ketua Umum PBNU Kiai Haji Zulfa Mustofa, Pengasuh Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo Kiai Haji Yusuf Chudlori, serta anggota DPR RI Hindun Anisah dan Neng Eem Marhamah Zulfa Hiz, ditambah sejumlah pakar keislaman lainnya. Penilaian akan menitikberatkan pada ketepatan membaca teks, kefasihan, kemampuan memberi makna dan kontekstualisasi, hingga relevansi pemikiran peserta dengan isu politik dan sosial kekinian.

Saifullah menegaskan, MQKN 2025 merupakan wujud nyata keterikatan antara FPTP dan PKB dengan dunia pesantren. Lomba baca kitab kuning ini juga menegaskan prinsip transformasi pesantren, yakni al muhafadlotu ‘alal qadimis shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah, merawat tradisi lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih relevan. “Lomba baca kitab kuning ini adalah warisan tradisi keilmuan pesantren yang kami rawat sekaligus kami aktualisasikan agar relevan dengan zaman,” tegasnya.

Selain sebagai ajang keilmuan, MQKN juga menjadi medium memperkuat Islam patriotik, yakni corak Islam yang berakar pada tradisi pesantren, berpijak pada nilai kebangsaan, dan menumbuhkan semangat cinta Tanah Air. Islam patriotik digambarkan sebagai wajah pesantren: mencintai negeri, menghormati perbedaan, dan aktif membangun bangsa. MQKN ingin menunjukkan bahwa santri tidak hanya alim dalam kitab, tetapi juga mampu merespons tantangan zaman secara cerdas dan kontekstual.

Gelaran MQKN 2025 juga menegaskan komitmen PKB dalam melestarikan tradisi pesantren sekaligus memperkuat peran santri dalam mengembangkan pemikiran keislaman yang moderat, kontekstual, dan berwawasan kebangsaan. Acara Grand Final akan dihadiri langsung oleh Ketua Umum DPP PKB Abdul Muhaimin Iskandar, sebagai bentuk dukungan dan penghormatan terhadap pesantren sebagai pusat lahirnya nilai-nilai keilmuan, keislaman, dan kebangsaan.

FPTP menekankan bahwa lomba ini bukan sekadar ajang kompetisi, tetapi juga wahana penguatan karakter santri agar mampu berpikir kritis, mengaitkan nilai tradisi dengan persoalan kontemporer, dan menyebarkan manfaat ilmu ke masyarakat luas. MQKN menjadi simbol bagaimana tradisi pesantren dapat dikontekstualisasikan tanpa kehilangan esensi spiritual dan intelektualnya.

Selain aspek akademik, ajang ini diharapkan dapat mendorong kolaborasi lintas pesantren, meningkatkan jaringan santri di seluruh nusantara, serta menumbuhkan budaya literasi keagamaan yang kuat. Peserta tidak hanya belajar membaca kitab dengan fasih, tetapi juga memahami makna mendalam, menyampaikan tafsir, dan mengaitkannya dengan dinamika sosial-politik saat ini.

Sebagai rangkaian peringatan Hari Santri, MQKN 2025 menguatkan posisi pesantren sebagai pusat keilmuan dan inovasi sosial, serta memperlihatkan bahwa pendidikan tradisional Islam memiliki relevansi tinggi dalam membentuk generasi yang cerdas, moderat, dan berdaya saing. Dalam konteks nasional, kegiatan ini juga menjadi bukti nyata kontribusi pesantren dalam membangun peradaban bangsa dan mencetak kader yang siap menghadapi tantangan modern.

Dengan format kompetitif, dewan juri ahli, serta peserta dari berbagai penjuru tanah air, MQKN 2025 tidak hanya sekadar ajang membaca kitab kuning, melainkan juga momentum strategis memadukan tradisi keilmuan pesantren dengan kebutuhan zaman modern. FPTP menegaskan bahwa kegiatan ini akan terus menjadi agenda tahunan untuk memastikan keberlanjutan warisan intelektual pesantren di Indonesia.

Terkini

Cara Transfer Saldo Kartu Kredit BCA ke Rekening Pribadi

Jumat, 07 November 2025 | 17:21:40 WIB

10 Asuransi Kesehatan Terbaik Selain BPJS di 2025

Jumat, 07 November 2025 | 17:21:34 WIB

Cara Cek Resi JNE Tokopedia Cepat dan Akurat

Jumat, 07 November 2025 | 17:21:11 WIB